Dari Murobbi ke Murobbi
Saya mengenal tarbiyah sejak berseragam abu-abu. Berawal dari mentoring tiap Jum'at, duduk melingkar di bawah pohon, mempelajari banyak hal. Belajar mulai dari akidah, akhlak, adab sampai belajar bikin martabak telur hehe. Kompleks dan menyenangkan.
Sepanjang perjalanan 14 tahun liqo, banyak hikmah yang bisa saya pelajari. Jatuh dan bangun dengan temen-temen liqo dan murobbi yang berbeda-beda. Ibarat pelangi, masing-masing punya warna dan keindahan tersendiri.
Tak dapat dipungkiri bahwa akan ada masa di mana kita akan pindah kelompok, bertemu dengan saudara yang lain, karena kita sepakat bahwa dunia tak selebar daun kelor, kita punya saudara yang lain selain anggota liqo kita, maka mari kita berlomba menemukan hikmah dari orang-orang baru di kelompok yang baru.
Sedih? Tentu saja!
Temen-temen di kelompok liqo lama sudah begitu kita akrabi, warna kesukaannya sudah kita ketahui, gang masuk ke rumahnya yang berliku-liku bahkan sudah sering kita sambangi. Begitu juga dengan murobbi kita, beliau yang selalu sabar dengan tingkah kita yang terkadang kekanak-kanakan, beliau yang selalu tabah menerima semua unek-unek kita, beliau yang selalu menyemangati kita untuk tilawah, menghafal Al-Qur'an dan bangun sepertiga malam.
Sekali lagi, dakwah itu menyeluruh dan saudara kita gak hanya si itu-itu saja. Mari kita mengenal lagi yang lain, berukhuwah Islamiyah dan tentu saja menemukan hikmah agar kita bisa menjadi insan yang lebih baik lagi.
Masing-masing murobbi punya kekhasan, sebagaimana Allah yang menjadikan manusia ini begitu beragam. Ketika saya masih sekolah, saya mendapati kakak mentor yang lembut, membuat saya nyaman berada selingkaran bersama beliau. Ketika mulai hijrah, beliau yang memuji betapa bagusnya jilbab dan baju yang saya kenakan dan saya begitu bersemangat dan berjanji dalam hati untuk terus mengenakan pakain yang seperti itu. Beliau perhatian dengan hal-hal yang kecil maupun besar. Saya pun bersyukur, ternyata memang itulah yang dibutuhkan remaja labil kayak saya dulu hehe.
Lalu kemudian pergantian dimulai, perasaan berbeda muncul. Akankah saya dapati murobbi yang seperti dulu?
Tentu saja tidak! Dari murrobi ke murrobi saya dapati pembelajaran-pembelajaran berbeda. Ada yang begitu kalem dan sangat keibuan, dari beliau saya belajar untuk jangan terburu-buru, ambilah keputusan dengan pikiran jernih, pelan, slow. Jadi kalo pas liqo itu rasanya adem.
Ada juga lho yang semuaaaaangat, gebrak hayo gebrak! Tancap gas, lanjuuut, dari beliau yang ini nih, saya belajar untuk jangan berputus asa, akan ada jalan keluar dari setiap masalah, Allah with you.
Ada yang serem lho, ihihi, kalau ingat wajah beliau, ingatnya setor hafalan ayo, progresnya mana, masa cuma di situ aja hafalannya, sholatnya gmana, dhuhanya ayo, seremnya itu karena beliau always ingetin amal yaumiyah. Seremnya mah bukan karena bakal kena hukuman, tapi bakal diingetin, emangnya kita hidup buat apa? Ujung-ujungnya kan kita bakal meninggal, masa bekalnya dikit doang. Masya Allah, semoga Allah memberkahimu, Mbak. Hiks.
Saya yakin, Allah gak akan pernah salah menakdirkan mbak murobbi manapun untuk saya. Saya selalu percaya, itulah yang terbaik buat saya.
Para murobbi hanyalah manusia biasa, di antara semua teladan yang beliau tunjukkan, selalu ada pengingat yang beliau utarakan, "Rasulullah itulah teladan yang terbaik."
"Jika ada masalah, berdoalah! Minta petunjuk sama Allah."
Berada dalam lingkaran liqo mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah yang terbaik, tapi berawal dari sanalah saya belajarr dan berusaha menjadi orang baik.
Berada dalam lingkaran liqo, bagi sebagian oranh mungkin tidak sempurna tapi dari sanalah saya belajar bahwa Allah itu MahaSempurna, Maha Segalanya.
Semoga Allah meridhoi dan memberkahi jalan dakwah para murobbi.
Semoga Allah mengistiqomahkan kita di dienul Islam hingga akhir hayat nanti...
doa lirih itu pun mengalir ...
Allahumma innakata'lamun annahadzihil quluub....
Saya mengenal tarbiyah sejak berseragam abu-abu. Berawal dari mentoring tiap Jum'at, duduk melingkar di bawah pohon, mempelajari banyak hal. Belajar mulai dari akidah, akhlak, adab sampai belajar bikin martabak telur hehe. Kompleks dan menyenangkan.
Sepanjang perjalanan 14 tahun liqo, banyak hikmah yang bisa saya pelajari. Jatuh dan bangun dengan temen-temen liqo dan murobbi yang berbeda-beda. Ibarat pelangi, masing-masing punya warna dan keindahan tersendiri.
Tak dapat dipungkiri bahwa akan ada masa di mana kita akan pindah kelompok, bertemu dengan saudara yang lain, karena kita sepakat bahwa dunia tak selebar daun kelor, kita punya saudara yang lain selain anggota liqo kita, maka mari kita berlomba menemukan hikmah dari orang-orang baru di kelompok yang baru.
Sedih? Tentu saja!
Temen-temen di kelompok liqo lama sudah begitu kita akrabi, warna kesukaannya sudah kita ketahui, gang masuk ke rumahnya yang berliku-liku bahkan sudah sering kita sambangi. Begitu juga dengan murobbi kita, beliau yang selalu sabar dengan tingkah kita yang terkadang kekanak-kanakan, beliau yang selalu tabah menerima semua unek-unek kita, beliau yang selalu menyemangati kita untuk tilawah, menghafal Al-Qur'an dan bangun sepertiga malam.
Sekali lagi, dakwah itu menyeluruh dan saudara kita gak hanya si itu-itu saja. Mari kita mengenal lagi yang lain, berukhuwah Islamiyah dan tentu saja menemukan hikmah agar kita bisa menjadi insan yang lebih baik lagi.
Masing-masing murobbi punya kekhasan, sebagaimana Allah yang menjadikan manusia ini begitu beragam. Ketika saya masih sekolah, saya mendapati kakak mentor yang lembut, membuat saya nyaman berada selingkaran bersama beliau. Ketika mulai hijrah, beliau yang memuji betapa bagusnya jilbab dan baju yang saya kenakan dan saya begitu bersemangat dan berjanji dalam hati untuk terus mengenakan pakain yang seperti itu. Beliau perhatian dengan hal-hal yang kecil maupun besar. Saya pun bersyukur, ternyata memang itulah yang dibutuhkan remaja labil kayak saya dulu hehe.
Lalu kemudian pergantian dimulai, perasaan berbeda muncul. Akankah saya dapati murobbi yang seperti dulu?
Tentu saja tidak! Dari murrobi ke murrobi saya dapati pembelajaran-pembelajaran berbeda. Ada yang begitu kalem dan sangat keibuan, dari beliau saya belajar untuk jangan terburu-buru, ambilah keputusan dengan pikiran jernih, pelan, slow. Jadi kalo pas liqo itu rasanya adem.
Ada juga lho yang semuaaaaangat, gebrak hayo gebrak! Tancap gas, lanjuuut, dari beliau yang ini nih, saya belajar untuk jangan berputus asa, akan ada jalan keluar dari setiap masalah, Allah with you.
Ada yang serem lho, ihihi, kalau ingat wajah beliau, ingatnya setor hafalan ayo, progresnya mana, masa cuma di situ aja hafalannya, sholatnya gmana, dhuhanya ayo, seremnya itu karena beliau always ingetin amal yaumiyah. Seremnya mah bukan karena bakal kena hukuman, tapi bakal diingetin, emangnya kita hidup buat apa? Ujung-ujungnya kan kita bakal meninggal, masa bekalnya dikit doang. Masya Allah, semoga Allah memberkahimu, Mbak. Hiks.
Saya yakin, Allah gak akan pernah salah menakdirkan mbak murobbi manapun untuk saya. Saya selalu percaya, itulah yang terbaik buat saya.
Para murobbi hanyalah manusia biasa, di antara semua teladan yang beliau tunjukkan, selalu ada pengingat yang beliau utarakan, "Rasulullah itulah teladan yang terbaik."
"Jika ada masalah, berdoalah! Minta petunjuk sama Allah."
Berada dalam lingkaran liqo mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah yang terbaik, tapi berawal dari sanalah saya belajarr dan berusaha menjadi orang baik.
Berada dalam lingkaran liqo, bagi sebagian oranh mungkin tidak sempurna tapi dari sanalah saya belajar bahwa Allah itu MahaSempurna, Maha Segalanya.
Semoga Allah meridhoi dan memberkahi jalan dakwah para murobbi.
Semoga Allah mengistiqomahkan kita di dienul Islam hingga akhir hayat nanti...
doa lirih itu pun mengalir ...
Allahumma innakata'lamun annahadzihil quluub....
MasyaAllah. Baarokallaahu fiik
BalasHapus