souvenia.com |
Suami sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga harus mampu menjaga sikapnya. Jangan sampai bertindak melampaui batas. Jangan merendahkan anggota keluarganya, sebab tanpa anggota keluarga, dia tidak akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Tidak layak jadi seorang pemimpin jika merasa lebih dari yang dipimpin, sebab pemimpin ada karena yang dipimpin.
2. Pelindung Keluarga
Suami sebagai tulang punggung keluarga diibaratkan seorang nahkoda kapal laut yang harus mampu mengendalikan dan mengelola bahtera rumah tangga dalam mengarungi badai kehidupan. Oleh karena itu, seorang suami harus mempunyai kemampuan menyelamatkan istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
3. Mencari Rezeki yang Halal Bagi Keluarga
Suami tidak hanya dituntut bekerja keras, banting tulang, berkuah keringat mencari nafkah, tetapi dituntut mendapatkan nafkah yang halal untuk keluarganya hingga mendapat berkah dari Allah SWT. Apa artinya kerja keras tetapi melupakan sholat. Mencari nafkah memang penting, tetapi carilah nafkah dengan cara yang halal dan diiringi dengan doa kepada Allah Swt.
4. Mendidik Keluarga
Untuk mendidik keluarga, soerang suami dituntut memiliki pandangan yang jauh ke depan. Untuk itu, suami harus memiliki bekal ilmu dan mencontohkan sikap yang baik terhadap keluarga. Anak-anak pun harus dibekali dengan pendidikan yang cukup dan baik, agar jika dia dewasa dapat menjadi mandiri serta tahu mana yang halal dan haram. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, seperti pembantu di rumah kita, perlu dididik agar sejahtera lahir dan batinnya dan bertambah ilmu pengetahuannya.
5. Dapat Menggali Potensi Keluarga
Suami pun harus dapat menggali potensi yang dimiliki setiap anggota keluarganya, sebab istri dan anak-anak memiliki potensi masing-masing. Diharapkan, setiap potensi yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga menjadi sebuah sinergi yang apik dalam membina rumah tangga. Misalnya, istri memiliki sikap lemah lembut, maka perlu digali potensi yang tersimpan dari sisi lain seperti jiwa kewirausaan misalnya. Hal serupa pun berlaku pada anak yang memiliki watak dan kemampuan berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi, jangan memaksakan kehendak di luar kemampuannya.
***
Sumber: Keluarga Kaya Hati; Aa Gym
Tidak ada komentar:
Posting Komentar